Sunday, June 21, 2009

Jalur Suara Kisah Cintaku

Sheila On 7 - Pemuja Rahasia

Kuawali hariku dengan mendoakanmu
Agar kau slalu sehat dan bahagia di sana
Sebelum kau melupakanku lebih jauh
Sebelum kau meninggalkanku lebih jauh

Ku tak pernah berharap
Kau kan merindukan keberadaanku yang menyedihkan ini
Ku hanya ingin bila kau melihatku kapanpun
Dimanapun hatimu kan berkata seperti ini

Pria inilah yang jatuh hati padamu
Pria inilah yang kan s’lalu memujamu…
Aha… yeah… aha… yeah…
Begitu para rapper coba menghiburku

Akulah orang yang selalu menaruh bunga
Dan menuliskan cinta di atas meja kerjamu
Akulah orang yang kan selalu mengawasimu
Menikmati indahmu dari sisi gelapku

Dan biarkan aku jadi pemujamu
Jangan pernah hiraukan perasaan hatiku
Tenanglah tenang pujaan hatiku sayang
Aku takkan sampai hati bila menyentuhmu

Mungkin kau takkan pernah tahu
Betapa mudahnya kau untuk dikagumi
Mungkin kau takkan pernah sadar
Betapa mudahnya kau untuk dicintai

[...]


Dewa - Hidup Adalah Perjuangan

Kemenangan hari ini...
Bukanlah berarti kemenangan esok hari
Kegagalan hari ini...
Bukanlah kegagalan esok hari

Hidup adalah perjuangan
Tanpa henti-henti
usah kau...
menangisi hari kemarin

Tak ada yang jatuh dari langit
Dengan cuma-cuma
Semua usaha dan do'a

Kebenaran saat ini
Bukanlah berarti
Kebenaran saat nanti
Kebenaran bukanlah kenyataan

Hidup adalah perjuangan
Tanpa henti-henti
usah kau...
menangisi hari kemarin

Hidup adalah perjuangan
Bukanlah arah dan tujuan
Hidup adalah perjalanan


D'Masiv - Dilema

Aku
Masih termenung
Di tengah kesepian
Berharap sesuatu yang tak pasti

Engkau
Sangat menjeratku
Sungguh kuhanya inginkan
Hatimu yang telah termiliki

Iblis di dalam dada ini
Trus mengusik keyakinanku
Kubertanya
Apakah aku bisa
Memiliki hatinya

Aku
Merasa tenang
Saat ku mencoba untuk
Selalu membayangkan wajahmu


Dewa - Risalah Hati

[...]

Beri sedikit waktu
Biar cinta datang karena telah terbiasa

Simpan mawar yang kuberi
Mungkin wanginya mengilhami
Sudikah dirimu untuk kenali aku dulu
Sebelum kau ludahi aku
Sebelum kau robek hatiku

[...]


Ungu - Hampa Hatiku

Pernahkah kau merasa
Hatimu hampa
Pernahkah kau merasa
Hatimu kosong

Cukup sudah kuberikan cintaku
Cukup sudah rasa ini untukmu
Mati sudah hati ini padamu
Mati sudah hasrat ingin bersamamu

[...]



D'Cinnamons - Semua Yang Ada


[...]

Dan kini maafkanlah ku terlanjur ingini
Terlanjur sayangi semua yang ada
Sudikah kau terima ku terlanjur ingini
terlanjur sayangi semua yang ada didalam dirimu..

Kuterima keputusanmu
tak akan ku tak akan menyesal
kuakui kupaksakan
Ku bukan manusia sempurna
Tak peduli apa kata yang lain
Hati ini hanya ingin dirimu

Dan kini maafkanlah ku terlanjur sayangi
Terlanjur ingini semua yang ada
sudikah kau terima ku terlanjur sayangi terlanjur ingini
Semua yang ada.. di dalam dirimu

Oh andai kan ku bisa berpaling dari dirimu
Oh lemas hati bila aku harus memilih lagi


Sheila On 7 - Pemuja Rahasia (Reprised)

[...]

Karena hanya dengan perasaan rinduku yang dalam padamu
Kupertahankan hidup
Maka hanya dengan jejak-jejak hatimu
Ada arti kutelusuri hidup ini
Selamanya hanya kubisa memujamu
Selamanya hanya kubisa merindukanmu

* * *

Tuesday, June 16, 2009

Siapa Kamu, Siapa Saya, Siapa Saja

Tadi siang, setelah saya menyelesaikan ujian pertama saya di pekan ujian akhir semester ini, saya makan siang di Bebek Goreng H. Slamet, Gejayan, bersama dua dari beberapa teman terbaik saya, namanya Vani dan Intan.

Sebelum kami cabut dari kampus, kami menyempatkan diri untuk melihat papan pengumuman Simfoni 2009. Dalam perjalanan dari kampus menuju H. Slamet, open recruitment Simfoni tersebut menjadi topik pembicaraan yang seru.

Oh iya. Perlu diingat bahwa saya, Vani, dan Intan adalah mahasiswa yang biasa-biasa saja. Kami bukan mahasiswa yang terlalu hebat yang untuk jadi panitia Simfoni di-CR-in sama koor seksinya. Jadi kalo di antara para pembaca adalah termasuk dalam mahasiswa yang terlalu hebat, jangan merasa kasihan ya pas baca tulisan ini, hahaha. Beginilah nasib rakyat jelata :D

Curcol: kadang-kadang kami mengasihani diri kami sendiri karena kami tetap jalan di tempat sementara teman-teman kami yang dulu jatuh bangun bersama, sekarang sudah maju: jadi koor, di-CR-in, atau OR tapi buat formalitas doang. Kadang-kadang kami iri, hahaha.

Lalu kami mencoba melihat kenyataan ini dari sudut pandang yang berbeda. (Halah cuma menghibur diri sendiri :D) OR adalah ajang pembuktian. Kami yakin dan kami percaya, insyaAllah kami tetap bisa jadi panitia tanpa harus CR. Hidup OR!! :D Bismillah!

Kembali ke cerita.

Vani bingung mau daftar apa. Tidak ada satu seksi pun yang menarik hatinya seperti ketika ia dulu sangat menggebu-gebu untuk jadi pemandu. Tapi Vani gak mau daftar untuk jadi pemandu lagi. Menurutnya, pemandu Simfoni itu bagusnya buat temen-temen angkatan yang baru taun lalu jadi peserta Simfoni, hehehe. "Aku tidak mau merebut hak anak-anak 2008," katanya.

Kalau Intan, dia gak bingung mau daftar apa. Hanya saja, mengingat kapasitasnya, koor seksi idamannya (yang diidamkan itu seksinya, bukan koornya, hahhaha), dan pesaingnya, Intan jadi ragu.

Kalau saya mudah saja. Di kala bingung melanda, saya pilih aja seksi di mana teman-teman saya paling banyak mendaftar, hahaha. Bukannya gak punya pendirian. Tapi kalo bisa masuk seksi yang banyak temen kita, kenapa enggak? Hihi. Saya ada karena ada teman-teman saya. Di mana ada teman saya, di situlah saya belong :))

Lalu untuk memecahkan kegalauan kami, kami pun melakukan analisis SWOT.

Singkat cerita, analisis kami membuahkan hasil tepat ketika pesanan kami datang. Analisis kami sudah cukup menunjukkan seksi apa saja yang sebaiknya kami pilih. Tapi akhirnya kami belum memutuskan juga mau daftar seksi apa, HAHAHA *CAPE DEEEEH zzz*

Topik obrolan kami berubah ketika kami mulai makan. Seperti mahasiswa pada umumnya, kami berdiskusi. Ngomongin cinta, hahaha. Cinta lagi, cinta lagi. Kalo istilahnya temen, "zzz banget ah". :D

Tapi kali ini obrolan cinta kami sarat pesan moral, hehehe. Nggak kayak biasanya yang cuma bikin ketawa-ketiwi di tempat trus pas udah sampe kosan udah lupa tadi ngomong apa.

Kami membicarakan komen saya di post Kinkin dimana saya menyarankan Vani juga agar ia jatuh cinta dan mengejar cintanya supaya hidupnya tidak hampa. *lebai*

Vani bilang, "I don't want to force it(1) to come. Just let it come by itself so it will be harder for it(2) to go away from you." ("it" 1 maksudnya rasa cinta, jatuh cinta, Vani gamau memaksa dirinya untuk jatuh cinta. "it" 2 maksudnya laki-laki, kayaknya, hahaha)

Menurut saya, yang Vani bilang itu benar. Tapi ada tapi-nya. Tapinya adalah: prinsip "laki-laki yang mengejar wanita" itu tidak selamanya bisa diterapkan oleh semua orang. Kalo mau tau kenapa, mari kita biacarakan lebih lanjut tapi jangan di sini, hehehe. Kalo gamau tau atau udah tau yasudah, hahaha.

Lalu kami membicarakan masalah Program PDKT.

Saya kan lagi naksir orang nih ceritanya, menurut Vani dan Intan, cara saya PDKT agresif. Lalu seperti biasa, saya defensif.

"Gue tu bukannya agresif, tapi proaktif. Beda lho."

Saya merasa kalo agresif itu konotasinya negatif. Seolah-olah saya mengejar-ngejar. Saya memang mengejar, tapi saya tidak mengejar-ngejar. Saya sadar saya bukan siapa-siapa, setidaknya untuk saat ini. Dan saya selalu berdoa, semoga suatu hari nanti, saya bisa menjadi seseorang dalam hidup laki-laki yang sedang saya kejar. Di pikiran, dan di hati. :)) (Ya elah semua orang yang lagi PDKT juga gitu, hahaha).

Setelah saya pikir-pikir, kalau dibandingin sama Vani dan Intan, saya memang bergerak. Saya naksir seorang laki-laki, dan saya tak hanya diam. Tidak seperti mereka.

Saya kesel karena mereka begitu. (Sebenernya bukan mereka sih, tapi Intan doang, hahaha) Setiap hari mengelu-elukan nama seorang laki-laki, tapi ya sudah, cuma mengelu-elukan doang. Ga ada usaha sedikitpun untuk membuat mimpi jadi kenyataan.

Lalu Intan dan Vani pun menjelaskan.

"Bukannya ga ada usaha Sa... Tapi masalahnya orang yang ditaksir ini terlalu tinggi... Ga bisa dikejar dan ga ada gunanya juga dikejar. Dia bahkan udah punya pacar."

So what's the point of naksir laki-laki itu, then?

"Ya buat seneng-seneng aja. Ngelamun-ngelamun ngebayangin pacaran sama dia... jalan berdua..."

Okay. Berarti ada sedikit perbedaan prinsip dan tujuan menaksir seorang laki-laki.

Lalu dengan sotoynya saya menasihati mereka.

"Teman-temanku sayang, inget umur. Tahun ini kita akan berumur 20 tahun. Kita--atau gue doang kalo lo gamau--udah harus mulai naksir cowok buat setidaknya dijadiin pacar! Syukur kalo bisa trus nikah. Dua tahun lagi, pas kita lulus pas umur 22 (amiin), mencari pasangan hidup itu udah jadi wajib hukumnya. Udah bukan waktunya lagi naksir orang buat dilamun-lamunin doang."

Kata Bapak Adi--bapak saya--perempuan itu kalo nanggepin laki-laki biasanya: pas umur 20-25: 'siapa kamu'. (umur) 26-30: 'siapa saya', lebih dari 30: 'siapa saja'.


Bapak saya melanjutkan, "Bapak percaya kamu bisa sebelum 20 pun udah 'siapa saya'. Ga ada gunanya lah 'siapa kamu'."



ps. Sekarang udah jam 1:25 pagi. Saya masih belom bikin take home exam aplikom. Dan saya merasa aneh nulis pake "saya". Besok-besok gue-gue aja lah :D hahaha. Oh iya. Saya juga bingung kenapa kalo bikin tulisan selalu panjang. aaaaa.


* * *

Saturday, June 13, 2009

Aku Budak Cinta?

“Annisa ikuti kuis Akhlak Muslim kamu yang sesuai dengan ‘Asmaul Husna’ dan hasilnya adalah Al-Waduudu: Yang Maha Mencintai

Itu adalah kuis yang terakhir gue mainin di Facebook, dan gue mainin itu kemaren sore. Sebelumnya, lama sebelum itu, gue juga mainan kuis “inisial soulmate-lo” lah, “what’s the first letter of the person you’ll fall in love with”-lah, “what’s the first letter of the person you will marry”-lah, dan masih banyak lagi kuis segenre lainnya.

Pas gue mainin itu, result-result yang keluar itu keseringan cocok banget sama kondisi batin gue *halah*. Makanya gue semangat maininnya. Contohnya: pas dulu gue masih berusaha menyusun kembali serpihan masa lalu bersama dua orang sahabat dan seorang pria istimewa, result kuis “inisial soulmate-lo” dll itu munculnya Y, trus ada kuis lain resultnya K, H, segala macem.

Gue jadi kesel. Heran! Apakah kalo kita mengerjakan kuis itu sepenuh hati, nanti resultnya juga akan cocok melulu tanpa manipulasi (baca: “Take this quiz again”) seperti yang sudah-sudah? What a coincidence! Dalam doa gue, gue sering bertanya kepada Allah apa maksudnya itu.

Apakah itu artinya suatu hari nanti akan utuh lagi serpihan masa lalu yang gue berusaha cari? Tapi kok sampe sekarang ga keliatan arah ke sana? Ataukah itu cuma salah satu cara Allah untuk menguji seberapa lebai gue dalam jatuh cinta? Oh gue tau. Mungkin Allah pengen ngajarin gue untuk relax, take it easy, dan nggak lebai dalam menjalani misi gue menyusun kembali serpihan masa lalu.

Di jaman yang sama, jaman “berusaha menyusun kembali serpihan masa lalu” itu, di Facebook kan juga ada tuh mainan Name Generator yang bikin-bikin nama Latin, nama Jepang, “what is your angel’s name?”, “what is your apa name?” bla bla bla… Gue juga mainan itu tuh. Gue inget pernah men-generate angel’s name, trus munculnya namanya gue lupa tapi itu artinya Angels of Friendship gitu. Lagi-lagi ini WAKTU ITU cocok. Pas gue lagi obsessed-obsessednya sama masa lalu gue yang menurut gue itu indah. (Makanya gue bela-belain biar bisa kayak dulu lagi.)

Poin yang ingin gue sampaikan adalah, gue tu heran kenapa hal cinta-cintaan, persahabatan, kasih sayang, bla bla bla itu really got into me, kenapa hal itu bisa-bisanya jadi prioritas dalam hidup gue.

Emangnya hidup ini cuma untuk mencintai? Emangnya gue ga punya goal lain apa selain punya pacar atau suami? Emang gue ga punya kerjaan lain selain pdkt sama laki-laki yang gue taksir? Ataukah gue terlalu kurang kerjaan sampe gue sempet mikirin setan yang namanya cinta itu secara berlebihan? Jatuh bangun karena merasakan yang sebenarnya tidak terjadi.

Dulu, pas gue merasa hidup gue utuh dan sempurna (perasaan gue lho), gue punya pacar yang oke (pacar yang oke = alim, pintar, rajin, dan lumayan ganteng), sahabat yang baik, dll, ipe gue bagus. Bisa cumlaude. Kenapa? Karena menurut gue, gue udah complete. Semua yang gue inginkan sudah gue dapatkan. Jadi gue bisa fokus untuk belajar, dapet ipe memuaskan. (Dengan kata lain, selama ini secara tidak sadar, gue menempatkan “fokus untuk belajar, dapet ipe memuaskan” itu sebagai prioritas terakhir, hahaha ngaco banget)

Tapi semester berikutnya, pas gue merasa puzzle diri gue mulai rontok satu-satu sampe akhirnya lepas semua (kayak iklan minuman isotonik kalo ga salah), ipe gue langsung jatoh sebesar 0.7. Silakan hitung sendiri jadi berapa ipe gue dan silakan bayangkan juga betapa rapuh dan lebainya gue hidup tanpa cinta *uooh*.

Mungkin gue hidup di jaman yang salah. Harusnya gue idupnya bukan sekarang di abad 21 yang modern ini, di mana setiap orang sangat sangat gila belajar dan sangat terobsesi sama yang namanya achievement dalam bidang yang serius-serius seperti career preparation, model of united nation, student exchange, scholarship, dll.

Ya gue sebenernya juga terobsesi sih untuk dapet achievement macam itu, buat self-fulfillment kalo kata Pranadipa. Gue pengen bisa serius tiada tara kayak Pranadipa yang di semester pertama kuliahnya udah ikut konferensi mahasiswa HI se-Indonesia, kayak Azka yang di blog-nya aja bahas stand alone risk, kayak Kiky yang dulu apatis ga pernah ikut apa-apa, kerjaannya jalan-jalan, makan-makan, dan karaokean melulu, sekarang bisa jadi koor sie perkap Simfoni, kayak Koplak yang di balik cengengas-cengegesnya itu ternyata dia qualified buat ke Harvard.

Clara bilang kalo gue lebih rajin, MUNGKIN gue juga bisa kayak gitu, tapi gimana dong gue males sih orangnya mikirin yang serius-serius gitu. Interestnya nggak kesana. Dan sayangnya, interest gue adalah ke hal-hal yang di FEB itu tidak relevan.


Mungkin harusnya gue hidup di abad 19 jamannya Bohemian Revolution. Kayak di film Moulin Rouge itu loh, hahaha. Setting-nya tahun 1890an. Pas itu lagi jamannya artists dan writers melakukan revolusi untuk berkarya dengan cara yang nggak konvensional, dengan cara baru, yang “menyimpang” dari kebiasaan mereka.

Jaman dulu mana ada acara talkshow yang mendiskusikan masalah ekonomi? Mana ada krisis ekonomi karena subprime mortgage? Gara-gara banyak korupsi aja dulu jadi berkembang ilmu ekonomi, manajemen, ACCOUNTING… untuk mengantisipasi kemungkinan penyelewengan itu.


Jaman itu, mereka mengangung-agungkan cinta, dikit-dikit cinta, mereka tidak ingin dewasa dan mereka bisa tidak tumbuh dewasa. Mereka BISA hidup dari menulis novel, opera, puisi, yang semuanya itu tentang cinta, yang semuanya itu tentang hal yang mereka cintai.

Sekarang? Ibu gue aja gak ngasih gue kuliah di FIB.
“Kamu nanti pas lulus mau jadi apa nak?” tanyanya, seolah-olah peluang kerja di dunia ini hanya ada buat sarjana ekonomi.
Trus ya gue jawab, “Jadi penulis. Atau ga jadi dosen FIB.”
Trus ibu gue jawab lagi, “Buat jadi penulis ga harus kuliah di FIB, kamu bisa belajar-belajar sendiri. Kamu juga tetep bisa jadi dosen. Kalo kamu kuliah di ekonomi ya nanti jadi dosen ekonomi.”
*makin kesini gue diem aja, wondering, yang sekolah tu siapa…? Lalu setan yang satunya lagi bisik2, yang bayarin siapa? aaaaaaaa*

Kalo menurut gue, cinta itu sebuah fenomena natural yang kita nggak perlu kuliah untuk memahaminya, gak perlu jadi sarjana untuk bisa melakukannya, gak perlu melakukan pengorbanan apapun untuk merasakannya. Cuma satu hal yang bisa bikin cinta itu jadi problematik: yaitu ketika rasa cinta itu berkembang jadi rasa ingin memiliki. *wah oke nih kata-kata gue :D*

Petikan adegan di film Moulin Rouge:
Toulouse: Do you believe in beauty?
Christian: Yes.
Argentinian: Freedom?
Christian: Yes, of course.
Pianist: Truth?
Christian: Yes.
Satie: Love?
Christian: Love? Love. Above all things I believe in love. Love is like oxygen. Love is a many-splendored thing. Love lifts us up where we belong. All you need is love!
Toulouse: See you can’t fool us. You’re the voice of the children of the revolution!

* * *