Sunday, January 17, 2010

Mengapa Orang Bersedih

Sabtu kemarin saya kedatangan teman dari Bandung: Chacha, Adi, dan Gaby. Saya bisa memaklumi kalau anak-anak Bandung ini gak pernah liat candi. Jadi pas mereka bilang pengen ke Borobudur dan Prambanan, dengan penuh kebaikan hati saya pun langsung nawarin untuk nganterin. (Soalnya mereka tadinya pengen pergi sendiri pake nyewa mobil segala. Nyewa mobil kan mahal.)

Di Borobudur, saya pun menceritakan sedikit filosofi candi keajaiban dunia itu dengan sotoynya, hahaha. Bentuk candi dan bolongan stupa di Borobudur itu sebenarnya menggambarkan ajaran Buddha untuk mencapai nirwana, yaitu keadaan di mana manusia udah bahagia dengan sempurna karena udah ga ada lagi penderitaan dan keinginan.

Bentuk bolongan stupa-stupa di candi Borobudur itu dianalogikan dengan keinginan manusia. Bolongan berbentuk wajik di stupa-stupa di 2 level bawah itu menggambarkan keinginan manusia yang banyak dan macem-macem. Lalu ketika manusia udah bisa mulai menekan keinginannya, manusia naik level dan makin dekat dengan nirwana, yang digambarkan dengan bolongan stupa yang bentuknya persegi (persegi dianggap leih simpel dari wajik) di level yang lebih tinggi dari stupa yang berbentuk wajik. Akhirnya, stupa utama di Candi Borobudur, yang paling besar dan paling atas, menggambarkan nirwana, ketika manusia udah bisa bahagia sempurna karena ga punya keinginan lagi.

Ki-ka: saya, Adi, Chacha, Gaby

Kenapa bisa begitu? Karena sebenernya yang bikin orang itu bersedih dan gak bahagia adalah adanya gap antara harapan dan kenyataan. Kalo menurut ajaran Buddha, untuk memperkecil gap tersebut, manusia harus menekan keingininannya sampai hilang. Kalau manusia udah ga punya keinginan lagi, berarti udah ga ada lagi kan gap antara harapan dan kenyataan?

Ajaran Buddha ini beda sama ajaran Islam. Ketika ajaran Buddha menyuruh manusia untuk menekan keinginan, ajaran Islam justru menyuruh manusia untuk berusaha sekuat tenaga untuk mencapai keinginan itu. Tapi sebenernya golnya sama: menghilangkan gap antara harapan dan kenyataan :)

Kalau menurut saya, pendekatan menuju bahagia cara Buddha dan cara Islam ini sama-sama baik tergantung circumstances-nya. Contoh: kita berusaha sekuat tenaga untuk mengejar cinta, untuk bisa merebut perhatian sang pujaan hati. Ketika rasanya kita udah mengerahkan seluruh kemampuan, melakukan pengorbanan jiwa dan raga tapi orangnya cuek-cuek aja, kayaknya kita harus mulai menekan keinginan. Biar gak setres gara-gara cintanya bertepuk sebelah tangan :D Makanya di ajaran Buddha ada meditasi segala kan. Nyambung juga itu buat ngilangin setres hahaha.

Setelah puas berfoto di stupa-stupa yang menceritakan perjalanan manusia menuju nirwana itu, saya, Chacha, Adi, dan Gaby pun segera cabut untuk meneruskan perjalanan ke Candi Prambanan. Dalam perjalanan keluar dari kompleks candi menuju tempat parkir, saya, Chacha, Adi, dan Gaby kesasar dan agak panik sampe duitnya Chacha ilang 50ribu karena jatoh dimana dan ga sadar. Kayaknya tempat parkir di objek wisata Candi Borobudur harus ditambahin rambu-rambu dan petunjuk jalan dan tempat parkirnya dinomerin kayak di Amplas hahaha.

Ps. saya senang melihat perkembangan manajemen taman wisata candi. Candi-candinya terawat, dan kompleks sekitar candinya berkembang, contohnya sekarang ada museum macem-macem di kompleks candi dan museum itu dipublikasi dan dipromosikan. Hasilnya: banyak orang yang pada mampir. Saya pun sebenarnya penasaran, tapi karena kemaren waktunya tight, jadi gak sempet mampir. Kapan-kapan pengen deh ke Borobudur sama Prambanan tapi nyamperin museumnya ga nyamperin candinya hahaha.

Bukti lain pengelolaan taman wisata candi makin baik, makin banyak familiarity antara Borobudur dan Prambanan. Kayak boulevardnya, trus ada arena bermainnya, kereta mininya, dan masih banyak lagi. Itu terlihat konsisten dan well-organized. Satu terobosan yang menurut saya signifikan adalah promosi yang gencar tentang Ratu Boko.

Di Prambanan dipasang foto-fotonya Ratu Boko, trus ada juga petugas yang toa-toa paket Prambanan-Ratu Boko naik shuttle. Kalo HTM Prambanan doang atau Ratu Boko doang 15 ribu pas weekdays dan 17.5 ribu pas weekend, kalo HTM Paket Prambanan-Ratu Boko cuma 25 ribu pas weekdays dan 30 ribu pas weekend. Bagus kan pricing nya. Orang jadi tertarik ke Ratu Boko juga. Buktinya Chacha, Adi, dan Gaby jadi pengen ke Ratu Boko. Itung-itung biar sekalian. Dengan begitu, selain orang jadi tau ada keraton Ratu Boko, jumlah pengunjungnya juga terus meningkat.

Selain itu juga promosi Ramayana Ballet. Saya inget banget tahun lalu petunjuk jalan menuju Ramayana Ballet itu kecil dan nggak jelas, orang gak bakal notice. Sekarang di deket jembatan sungai yang deket Prambanan, udah ada tuh petunjuk jalan Ramayana Ballet belok sini, bareng sama petunjuk jalan Ratu Boko ke sana, Prambanan lurus. Orang jadi aware.

Saya jadi pengen beli sahamnya PT. Taman Wisata Candi :D

January the 1st = Another Day Passing By

Seperti tahun baru-tahun baru sebelumnya, tahun baru 2010 ini meriah, terlepas dari wafatnya Gus Dur tentu saja. Mungkin karena hanya terjadi satu kali dalam setahun, malam tahun tahun baru dianggap spesial dan harus dirayakan. Ada yang berdoa bersama di mesjid. Ada yang bakar jagung sama teman-teman, kumpul-kumpul sekeluarga besar, nonton dangdut di Pantai Carnaval, ada juga yang ikut party di hotel sama Dewi Perssik atau Tata Young. Banyak juga yang mereview resolusi tahun 2009 mereka lalu dan realisasinya. Membuka-buka kembali catatan atas harapan dan cita-cita. Dan setelah itu, bikin resolusi buat tahun 2010.

Kalau buat saya pribadi sih ga ada yang spesial tentang tahun baru. Perasaan ga ada bedanya hari kemarin pas masih tanggal 31 Desember 2009 sama sekarang pas udah 1 Januari 2010, hahaha. Saya bangun tidur di kasur yang sama, menghirup udara pagi yang sama, dan menikmati hangat sinar matahari Jakarta yang sama. Yang beda cuma kalender di rumah udah diganti sama ibu, tapi tetep pakenya kalender gratisan dari bank.

Saya sempet mikir-mikir kenapa orang pada heboh bikin resolusi tiap tahun baru. Kenapa harus pas tahun baru? Kalo mau bikin resolusi kan bisa kapan aja, ga usah nunggu tahun baru, hahaha. Yang bikin saya lebih heran lagi, sampe sohib saya, Clara, yang biasanya cuek-cuek aja ikut-ikutan bikin resolusi, dan maksa-maksa saya bikin resolusi. Akhirnya saya pun manut. Itung-itung perusahaan aja bikin laporan keuangan tiap tahun hahaha. Jadi emang target dan laporan realisasi emang harus diperiodisasi B-)

Tapi ada satu hal yang saya ga setuju dan agak sebel liatnya kalo diperiodisasi, yaitu doa. Ucapan-ucapan happy new year yang diiringi "...semoga di tahun 2010 ini kita bisa..." atau "...semoga tahun 2010 ini jadi tahun terbaik buat kita..." atau "...give smile and happiness for this year..."

Ini agak berhubungan sama masalah kalo lagi berdoa nyebut detail atau enggak, kayak di ceramahnya Yusuf Mansur. Tapi kalo menurut saya, dalam hal ini harusnya gak usah disebut dan jangan diperiodisasi. Apalagi doa yang "semoga tahun 2010 ini jadi tahun terbaik buat kita". Nanti kalo ternyata doanya dikabulin trus tahun-tahun berikutnya ga bisa sebaik 2010, gimana? Itu kan berarti hidup kita declining. Kayak kata pepatah, "Be careful of what you're wishing for". Ya itu kalo menurut saya siih, hehehe. Bagaimana kalo menurut teman-teman?

Last but not least, untuk menutup post saya yang pendek ini, resolusi saya di tahun 2010 adalah cuma 3: IPK cumlaude lagi, cerita zenobia selesai, dan dapat jodoh. Hahay :D amiin ya robbal alamin...



Ps. Ini emang agak telat post nya, soalnya pas tahun baru kemaren sibuk belajar buat ujian sih hahahahaha.