Monday, February 14, 2011

La Corda D'oro: Primo Passo

Saya juga gak tahu itu artinya apa, haha. Tapi yang jelas, judul kartun ini keren!--walau kadang saya heran sama orang Jepang kenapa suka bikin judul yang mereka sendiri gak bisa ngucapinnya. Mereka akan baca ini: ra koruda doro purimo passo.

Kartun ini bercerita tentang musik dan kecintaan pemusik sama instrumennya. Ceritanya, Seiso Academy (sebuah SMA) punya dua departemen: musik dan reguler. Hino Kahoko adalah murid tahun kedua departemen reguler yang terpilih untuk berkompetisi dalam pagelaran musik intrasekolah bersama dengan murid-murid dari departemen musik, padahal dia belom pernah main musik dan gak bisa main musik--tapi gak ada orang yang tahu itu.

Terpilihnya Hino ini menimbulkan banyak kontroversi. Murid-murid dari departemen musik merasa diperlakukan tidak adil, karena mereka lah yang mendedikasikan hidupnya pada musik tapi malah murid dari departemen reguler yang kepilih. Di sisi lain, terpilihnya Hino juga dianggap bagus karena mempersatukan departemen musik dan reguler yang selama ini seperti terpisah padahal mereka sama-sama bagian dari Seiso Academy.

Hino tiba-tiba kepilih karena dia bisa ngeliat Lili (yang disebutnya jadi Riri karena orang Jepang gak bisa ngomong L), peri kecil yang memberkati Seiso Academy sehingga musik bisa hidup di dalamnya. Lili memberi Hino biola ajaib yang bisa dimainkan oleh siapa saja. Dengan biola ajaib itulah Hino berkompetisi.

Karena peserta perempuannya cuma dua, Hino dan Fuyuumi, siswi tahun pertama yang masih bocah dan pemalu, jadilah Hino yang ditaksir oleh semua peserta pagelaran yang laki-laki, dengan romantisme mereka sendiri-sendiri yang bikin penonton yang sudah agak tua seperti saya cuma cengengesan aja liatnya. Ada banyak adegan corny antara Hino dengan karakter-karakter utama pria dalam kartun ini. Tipikal kartun Jepang, menggelikan tapi seru.

#eyaaa :D

Konflik utama dalam serial ini adalah ketika senar biola ajaib Hino pemberian Lili putus pada babak ketiga dan tidak bisa diperbaiki. Biola ajaib itu akan memberikan permainan yang indah kalau pemainnya tenang, damai, ikhlas. Biola ajaib itu tidak bisa endure feeling Hino yang ingin bermain lebih hebat dari Tsukimori dan memaksanya untuk bermain lebih keras saat itu. Masa-masa setelah senar biola Hino putus adalah masa depresi, yang disajikan secara apik oleh pembuatnya sampai penontonnya ikut merasa tidak berdaya dan "ini harus gimana...? Hino kan gak bisa main musik kalo pake biola biasa..."

Karena memang genre kartun ini adalah fantasy, banyak hal yang gak masuk akal. Ketidakmasukakalan yang cukup mengganggu, di antaranya:

1/ Warna rambut. Karakter yang warna rambutnya paling normal adalah Hino (merah) dan Shimizu (kuning). Lainnya ajaib semua: Tsukimori biru, Yunoki ungu, Fuyuumi, Hihara, dan Tsuchiura hijau. Gak cuma mereka yang warna rambutnya ajaib, tapi semua murid di Seiso Academy, dan semua karakter figuran lainnya. Masa orang-orang satu sekolah pada ngecat rambut semua? -.-a

2/ Di pagelaran musik itu, para pesertanya main alat musiknya beda-beda, kecuali Hino dan Tsukimori sama-sama main biola. Yunoki flute, Hihara trompet, Shimizu cello, Tsuchiura piano, dan Fuyumi klarinet. Gimana bisa diadu? -.-a Contoh gampangnya, sedewa apapun permainan flute bakal masih kalah dewa sama permainan piano karena flute range-nya cuma berapa oktaf, sedangkan piano tujuh oktaf, jadi bisa lebih dieksplorasi.

3/ Di pagelaran musik itu juga, lagunya dibebasin tanpa standar tertentu, dan itu bikin aneh. Hino misalnya, yang baru bisa main biola kemarin sore walaupun pake biola ajaib, milih lagunya yang lambat, simpel, gampang dimainin, enak didengar. Sementara Tsukimori, yang udah belajar main biola dari bayi, milih lagu yang skillful, yang bisa mengeksplor semua teknik main biolanya walaupun lagunya agak susah dinikmati. Kalo kayak gitu gimana nilainya? -.-a

4/ Lagu-lagu klasik yang dimainin di serial ini gak sedewa di Nodame Cantabile. Mungkin karena yang main piano cuma satu orang dan lagu-lagu kalo dimainin pake instrumen selain piano kedengarannya gak sedewa kalo dimainin pake piano. Kadang-kadang sempet mikir juga kalo murid yang kepilih buat ikut pagelaran (yang notabene udah yang paling jago di sekolahnya) aja permainannya cuma segitu, gimana yang gak ikut? Berarti Seiso Academy payah dong -.-a

Tapi, walau banyak adegan cheesy dan ada bloopers seperti yang disebutkan di atas, kartun ini itungannya tetap bagus, menghibur, sarat makna, dan asik buat dinikmati.

1/ Para penonton (termasuk saya sendiri) jadi tahu bentuknya berbagai macam alat musik. Yang saya jadi tahu dari kartun ini adalah bentuknya klarinet dan bedanya sama alat-alat musik tiup lain kayak flute, oboe, dll.

2/ Pengisi suara kartun ini suaranya bagus, enak didengar, gak cempreng kayak tipikal kartun Jepang yang suka teriak-teriak. Pronunciation-nya juga jelas banget karena ngomongnya pelan. Bagus banget buat latihan listening. Orang-orang yang pernah belajar basic japanese pasti ber-"Ooh"-"Ooh" mendengar yang pernah dipelajari dalam percakapan di kartun.

3/ Kartun ini bikin orang jadi pengen bisa main musik, terutama biola. Buat adek-adek kita yang masih muda belia, kartun ini meng-encourage untuk menyayangi instrumen yang dimainkannya, merawatnya dengan baik, dan memainkannya dengan sungguh-sungguh dan penuh perasaan agar dapat menciptakan bunyi yang indah.



Gambar dari Google

5 comments:

  1. pantes ni anak tiba2 pengen bisa main biolaa

    ReplyDelete
  2. aneh sa kalah jauh sama nodame cantabile.. serial cantik banget nih kartun hahaha

    ReplyDelete
  3. wew, not my type at all nih kartun
    -___-a

    ReplyDelete
  4. hahaha dulu pertama kali serial komiknya ada di hanalala mbak :D

    ada juga yang keren dan recommended: merupuri

    ReplyDelete
  5. @clara: soalnya ada biola nganggur clar di rumah

    @anonymous: oo serial cantik tu kyk gini ya? Hahaha br tau

    @vani: gw jg bingung knp gw suka =.= kyknya gara2 musik+romantis2 gitu deh ƪ(♥ε♥)ʃ‎

    @amel: sejak kapan kamu manggil aku embak2! Oke mel, tar aku cari si merupuri

    ReplyDelete