Monday, July 6, 2009

Ketika Kawin Muda Jadi Pilihan

Ada beberapa alasan orang memilih untuk kawin muda. Mulai dari karena keinginan pribadi sampai karena terpaksa. Mulai dari karena calon suaminya sudah mapan, sampai karena calon istrinya sudah berbadan dua.

Saya punya seorang teman perempuan yang sangat cantik dan feminin. Sebut saja namanya Melati, usianya 19 tahun. Kemarin ayahnya baru saja meninggal. Selalu ada perasaan ikut sedih terlintas di benak saya ketika mendengar berita orang tua teman saya meninggal dunia. Setiap kali ada ayah atau ibu teman saya ada yang meninggal, saya tidak bisa berhenti berpikir bagaimana kelanjutan hidupnya nanti.

Bagaimana dia akan membiayai kuliahnya? Apakah dengan meninggalnya orang tuanya ia harus menurunkan kualitas hidupnya seperti pindah ke rumah kos yang lebih murah? Ataukah ia harus bekerja untuk membiayai hidupnya sendiri? Lalu bagaimana dengan kuliahnya?

Pertanyaan kemarin saya itu langsung terjawab hari ini. Hari ini Melati menikah. Ia menikah dengan kekasih yang telah dipacarinya sejak SMA.

Kedengarannya memang seperti kisah cinta di sinetron. Seorang wanita cantik yang harus menikah dengan seorang lelaki kaya karena ia tidak punya pilihan lain untuk membiayai hidupnya dan ibunya. Walaupun Melati dan kekasihnya saling mencintai dan keduanya ikhlas untuk menikah, tetap saja banyak orang yang membuat teori-teori mengenai sebab-sebab mengapa mereka harus menikah keesokan hari setelah ayah Melati meninggal.

Teori yang pertama: ayah Melati meninggal karena sangat kaget mendengar Melati hamil atau sudah melakukan hubungan suami-istri, sehingga Melati dan kekasihnya diperintahkan untuk langsung menikah.

Teori yang kedua: ayah Melati ingin sekali melihat Melati menikah, atau setidaknya sebelum ia dikebumikan kalau ia meninggal sebelum Melati menikah. Jadi ini Melati dan kekasihnya segera menikah, bahkan jika harus menikah di depan jenazah ayahnya seperti hari ini.

Teori yang ketiga: karena Melati adalah anak satu-satunya dan ibunya sudah tidak bekerja lagi, satu-satunya cara untuk Melati bisa menutup biaya hidupnya adalah dengan menikah dengan kekasihnya yag untungnya terbilang kaya.

Semua teori itu mengerucut pada kesan yang kurang baik. Banyak orang juga berpikir, apakah Melati tidak menjadi utang budi pada suaminya? Apakah secinta-cintanya suami Melati, ia tidak akan mengungkit utang budi tersebut?

Menikah di usia muda memang masih jadi hal yang ‘luar biasa’ di Indonesia terutama bagi masyarakat di kota besar. Masyarakat di kota besar sering berpikir negatif dalam menanggapi pernikahan di usia muda. Biasanya mereka berpikir bahwa pasangan yang menikah muda married by accident. (Kita akan membahas masalah menikah muda bagi masyarakat di pedalaman Indonesia pada kesempatan lain karena seperti yang telah kita ketahui menikah muda bagi masyarakat di pedesaan adalah hal yang biasa.)

Ketika saya bertanya pada belasan orang teman saya yang sudah punya pacar, mereka semua menjawab ingin dan mau saja menikah muda, termasuk saya sendiri. Namun mereka semua menjawab demikian dengan ‘tapi’. ‘Tapi’ tersebut misalnya, “…tapi gue kan belom kerja, belom punya penghasilan, belom bisa cari duit sendiri. Nanti istri gue mau gue kasih makan apa?”. Dan biasanya, setelah mereka mengutarakan ‘tapi’-‘tapi’ itu, mereka juga mengungkapkan harapan mereka, “Kalo orang tua gue sama cewek gue mau-mau aja bayarin gue sama istri gue, gue mau banget nikah sekarang juga.”.

Sebenarnya dari segi agama, contohnya dari segi agama Islam, menikah muda diizinkan dan bukanlah masalah. Tidak ada dalam Al-Qur’an ayat yang mengatur umatnya baru boleh menikah ketika sudah berusia 25 tahun. Yang diatur hanyalah baru boleh menikah ketika sudah baligh. Tidak ada pula rukun “harus sudah kerja” dalam rukun nikah agama Islam. Yang diatur hanyalah ketika seorang laki-laki itu sudah mampu, dianjurkan untuk segera menikah untuk mencegah zina. Jadi dalam agama Islam, tidak masalah bila kita menikah namun masih dibiayai orang tua.

Masalahnya adalah, kata ‘mampu’ di Indonesia masih diukur dengan apakah laki-laki itu sudah berpenghasilan sendiri atau belum. Padahal, ‘mampu’ dalam agama Islam tidak selalu berarti demikian. Tidak masalah jika laki-laki atau perempuan yang akan menikah itu ‘mampu’-nya masih dibiayai orang tua.

Namun adat di Indonesia membentuk pola pikir masyarakatnya menjadi ‘gengsi’ untuk minta dibiayai orang tua kalau sudah menikah. Sebenarnya ada orang tua yang ‘fine-fine’ saja membiayai anak dan menantunya, tetapi kadang-kadang orang tua yang sebenarnya sudah ‘fine-fine’ saja itu juga menjadi enggan untuk membiayai anaknya karena tradisi ‘gengsi’ tersebut.

Poin yang saya coba sampaikan di sini adalah, marilah kita mengubah pola pikir kita yang sering berperangsaka buruk pada orang yang menikah muda. Tidak selamanya orang yang menikah muda married by accident. Dalam kasus Melati, Melati dan kekasihnya segera menikah karena memang mereka saling mencintai, Melati memang sedang dalam masalah, dan kebetulan kekasihnya dapat mengatasi masalah itu. Mereka tidak menikah karena terpaksa. Menikah muda dalam kasus Melati adalah hal yang sangat terpuji. Tidakkah jiwa kekasih Melati yang kini sudah menjadi suaminya sangatlah besar?

* * *

16 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Sangat disayangkan. Menikah yang dilakukan dengan tulus, dikotori dengan opini2 negatif.(ah ngomong apa sih aku barusan :D )

    menurutku sih, Sa. Get your life! Terserah lah orang mau bilang apa. Toh kita sendiri kan yang nge-jalanin. Kita (dan orang disekitar kita) tau yg sebenarnya. Biarin aja opini2 ga penting itu. lama2 capek sendiri. <<<< curcol

    ReplyDelete
  3. lho lho lho? aku belom nikah muda kok cha! :D apa kamu cha yang udah nikah muda? :D :D :D waw asik banget cha!

    ReplyDelete
  4. berattt...
    berattt...
    berat...

    komen dikit,
    kalo belum mampu ya ga usah nikah,
    gitu aja kok repot? (a la gus dur :D)

    komen lagi,
    nikah jangan dianggap main main ya tman, gw udah liat, banyak sodara gw yang broken home,sigh..kyk gt mah udah biasa ngeliatnya gw :))..
    yang penting kalo mau nikah tu harus inget..
    "lo idup ma orang itu ga kayak pacaran, bukan 1,5, ato 10 taun, tapi sampe akhir hayat lo"
    kalo niat lo cuma mpe 10 taun doang, ya gausah nikah ajah deh, ntar jadinya malah broken (identik dengan marah marahan antar mempelai), kasian anak lo, korban ke egoisan orang tuanya yang cuma ingin nyoba nikah..

    yang penting menurut gw tuh, mantap pendapatan, jelas, mau makan pake apa ntar, trus kita kan hidup ntar bukan dibawah ketek orang tua lg :p, anak kita makan apa? udah pernah kebayang untuk bayar pajak? bayar air? tagihan listrik?wew...
    mantap secara agama, jelas, kalo ga, arus keluarga mau dibawa kemana, trus salah satu pencega broken juga karena ini, ingat kita berkeluarga bukan karena sekedar ingin 'kawin" ato apalah, tapi karena ibadah juga, ntar lo bakal insyaallah ikhlas de ngejalaninya...
    mantab secara emosi, ini yang ranking paling gede bikin broken, karena ego. kadang permasalahan kecil bisa bikin broken, lupa salam ke istri pas kerja, lebih mentingin karir, dsb. yang penting kita harus tau juga, kalo suami ato istri kita tu manusia, inget kalo pas pacaran, lupa dikit apa yang terjadi? marahan? yap, kalo pacaran, bisa putus, kalo nikah? thalak.. hal lain, yaitu asah kemampuan tuk bersabar, maklumi atau apalah bahasanya, saling mengingatkan atau apalah namanya..fyuh..
    dan ke mantaban-ke mantaban lainya..

    kita kan manusia, mahluk yang gampang bosan, ingat juga, misalnya kita nikah umur 20 tahun, andai kita mati umur 80 tahun, brarti, 60 tahun hidup ama dia.. siap ga kita nerima hal itu? gimana kalo kita hidup lebih lama? gimana kalo baru 2 taun udah bosen? bersikaplah dewasa kawan.. nikah tuh harus mikir juga, modal cinta saja mungin bisa, asal mereka kuat aja :D

    tnang aja, gw ga pro-ato kontra ama nikah muda ato tua kok, netralll gw, cuma inget aja, nikah ga sekedar umur-uang-cinta-ato romansa, tapi lebih, nikah tu tanggung jawab, seperti ngebuat negara kecil lahm presidenya si bos pria (kalo di islam ato daerah patrilineal-ato apalah istilahnya), ato si ibu bos (di daerah matrilineal), diaman kita mimpin negara-rumah kita, dengan paham demokrasi (ato paham apalah yang disetujui pas nikah)..

    huahahahaha.. tumben gw ngomong banyak yaa, bukan dii posting, tapi di komen :))
    thx buat triggernya ya saaa, lg banyak yang broken aja di deket gw skarang :)

    ReplyDelete
  5. btw, saia baru sadar,
    judulnya kawin muda ya,
    bukan nikah muda :))

    ReplyDelete
  6. wana,
    wow, komenmu panjang banget...
    tapi aku baca juga, hehehe
    btw, kalian jadi terlihat sangat dewasa menuliskan dan meng-komen tulisan ini..

    saia sii sepakat sama wana, ini bukan soal setahun dua tahun kayak pacaran, tapi ini perkara seumur hidup..
    hhmm...

    ReplyDelete
  7. @wana: wan gue bingung dah :( gue agak ga ngerti maksud komenlo apa T.T

    trus soal judul itu... :D itu namanya efek dramatisasi wan :)) sebenernya konteksnya nikah muda sih... oh iya itu paragraf pertamanya salah gue nulisnya gue edit dah huehuehue

    @mba dini: masa sih jadi terlihat sangat dewasaa? T.T aku jadi terharu *lho?

    @wana & mba dini: hmm aku juga setuju nikah bukan soal setahun dua tahun kayak pacaran. tapi coba kita lihat dari sudut pandang yang berbeda.

    coba kita lihat teman2 kita di kampus. anak2 fe aja banyak lho yang udah committed bahkan di usia kita2 gini. mereka yang pacaran sampe tiga tahun, empat tahun...

    melihat hal itu, apakah masih kurang buat bukti bahwa setidaknya untuk segelintir manusia, cobaan "bosan" itu sudah terlewati? apakah pacaran bertahun2 itu masih kurang buat membuktikan bahwa alhamdulillah selama itu baik pihak pria dan wanita udah bisa memanage ego sampe akhirnya bisa bertahan selama itu?

    dari sisi agama, buat yang udah pacaran bertahun2 macam itu, kalo dipikir2 sebenernya baik sekali lho dinikahin aja. satu, untuk mencegah zina. dua, kalo wana bilang nikah juga adalah ibadah, justru bagus banget dong kalo hubungan orang pacaran itu diresmikan jadi pernikahan->biar sekalian ibadah, ngga cuma cinta2an doang pacaran2 melulu ngga jelas arahnya kemana, hahaha.

    menikah IS a BIG step. kalo kita terlalu mikirin "kita udah mantap apa belom ya?", nanti kita malah ga jadi2 nikah. gimana kita tau kita udah mantap apa belom kalo ga dicoba?

    aku ga bermaksud bilang nikah adalah coba2, tapi nikah adalah pembelajaran. kita adalah manusia yang bisa berpikir, mengolah hal baru, belajar dari kesalahan, dan berusaha untuk lebih baik. justru karena kalo putus nikah = talak, kita harus berusaha sekuat tenaga supaya talak itu tidak terjadi.

    mengasumsikan ceteris paribus: calon suami udah kerja, insyaAllah bisa menghidupi keluarga; emang apa bedanya nikah umur 23 sama nikah umur 27? usia tubuh yang lebih tua tidak selamanya identik dengan tingkat kedewasaan yang lebih tinggi. justru dengan menikah, insyaAllah orang bisa jadi lebih dewasa karena itu tadi, risiko terbesarnya talak.

    tapi balik lagi ke sisi adat. kayak yang udah aku tulis--yang ternyata wana adalah juga pengikut adat itu, hahaha--adat kita itu kalo udah nikah gengsi kalo masih diketekin orang tua.

    ReplyDelete
  8. weheheh, kaget saia, baca komen sepanjang ini ga nyampe 2menit, terakhir nya ada adat adatan... apa pula tu si sasa --'
    gengsi gamau diketekin- iya lah, kuliah aja agak males balik kalo ga lg butuh-butuh amat :))

    out of the topic:
    ada dua cara berpendapat-menurut saya,
    satu, cara si pendebat, arguing-and-agrguing, terus ampe orang orang percaya dan ikut kepada ajaran si orang ini, terapanya adalah kalo kita berargumen, si orang a gasuka, dan kebetulan si a adalah pendebat, maka si a ini akan mencekoki-ajaranya, samape si 'kita' ini kalah, ato si a ini bosen ato nyerah. dan saia kurang suka cara ini.
    dua, selfish way, berpendapat, terus kalo ada yang komen, jawabnya: "it's my way". kalo ada orang yang pendapatnya beda, dia diem aja, ga komen, wong beda pendapat kok, kalo sama mana seru dubia ini (mungkin kayak gitu ya), dan saia lebih suka cara ini, ya, benar, saya selfish.

    so, semenjak saia memilih the selfish way, jadi koemntar saia:
    "bagus bagus sa, pertahankan pendapat anda"

    ntar lanjud lg.. lg maen pe es :D

    ReplyDelete
  9. sini tak terjemahin komen yang panjang:
    'mau nikah tua atu muda ga masalah, asal udah dipikirin, gw ga suka ama broken-home'
    kira kira gitu loowwhhh...

    ReplyDelete
  10. haha,nikah muda itu baik bagi kesehatan rohani dan jasmani..
    asal mampu (bukan hanya harta doank,tapi mental jg) sih gapapa.harus malah,,hahaha

    ReplyDelete
  11. wah, melati itu si itu ya? halah. aku salah satu orang yang pengen nikah muda.. cita2ku besok masih gaul waktu anakku remaja.. kaya' gilmore girls (apa sih nggak penting). tapi sayang selain calon belum ada, beberapa waktu lalu aku diramal bakal nikah umur 28. whooaaa. tuaaa! aku stress. tapi ya sudah. intinya nikah muda tua itu kan pilihan (atau takdir?). hha malah curhat.
    kalo aku sih daripada nikah karena apa, jauh lebih penting nikah untuk apa. kalo untuk menjadi keluarga yang sakinah ya ngga ada salahnya.
    jadi, mari kita hormati si melati.

    ReplyDelete
  12. @wana: si a itu annisa yaaa? hahahaaa kalo gue merasa cukup diplomatis kok wan, kalo baru sekali berargumen doang gue mah masih mau jadi pendebat. tapi kalo udah tiga kali cape juga kali ye. gue sadar kok kita beda cara pandang :D

    hahaha oke deh wan, ringkasan yang bagus :))

    @mas saiqa: setuju :D :D :D

    @fufu: hahaha iya fu. ini tulisan kubikin tepat di hari melati menikah. waktu itu ada tugas trus lagi terinspirasi sama ini hihihiii

    waaah tos dulu dong fu! yes makin banyak orang kutemukan bercita2 nikah muda!

    sepakat, nikah untuk menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rohmah. pasti ada cobaan2 kayak yang dibilang wana tapi justru itulah hidup.

    yes, mari kita hormati si melati :)

    ReplyDelete
  13. yeah, toss, ayo nikah muda...



    ayo hormati melati,,
    btw, siapa melati ini?
    apakah temanya marvel??

    ReplyDelete
  14. waks, gag nyang temen2 pada diskusi hal yang berat gini...

    wah, itu tandanya kalian sudah dewasa dan sudah siap nikah :P

    tapi saya studju ma wana.

    ReplyDelete
  15. @wana: tos :D melati itu temannya alibaba wan hahaha

    @navan: hahaha secara mental sepertinya iya, tapi secara finansial belum hahahaaa. kalo kamu mau van nikah muda? hihihiii

    ReplyDelete
  16. wah komennya dah banyak banget ya hahaha.
    aku setuju sama wana aja deh
    tumben dah dia bisa ngomong kayak gitu hahahaha

    -kin2 males sign in-

    ReplyDelete