Akhirnya Singapur Juga! - Bagian 2

Changi Airport MRT Station

Melanjutkan post sebelumnya, "Akhirnya Singapur Juga! - Bagian 1", di bagian kedua ini saya akan bercerita tentang hal kedua yang sangat berkesan di Singapur yaitu sistem transportasinya.

Seperti yang kita semua tahu, Singapur punya subway super gaul yaitu MRT--fyi MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit. Sebagai anak akunting yang sangat puas belajar control system, saya dan Clara benar-benar terpukau oleh control system-nya MRT. Well, Debie sama Citra juga anak akunting sih tapi karena mereka udah sering ke luar negeri jadi gak terpukau lagi kayaknya hahaha.

Saya akan mencoba menggambarkan kecanggihan MRT secara kronologis. Pertama-tama, yang harus dilakukan untuk naik MRT adalah datang ke stasiunnya dan beli tiketnya. Tiket MRT ada dua macam, tiket single trip dan EZ-Link untuk multiple trip.

Single Trip

Ticketing machine untuk beli tiket single trip.
Click pic to enlarge.

Ketika kita beli tiket single trip di ticketing machine, first of all kita disuruh milih stasiun tujuan dengan menyentuh iconnya di layar. Misalnya kita ingin ke Orchard Road, maka kita pejet lah layar itu di tulisan Orchard Road. Lalu, kita disuruh membayar sejumlah dollar dengan memasukkan uang ke slot-nya. Jumlah dollar yang harus kita bayar tergantung jauh-dekatnya stasiun keberangkatan dengan stasiun tujuan kita, semakin jauh jarak semakin mahal ongkosnya, vice versa. Mesin ini bisa memproses uang kertas berbagai pecahan dan uang koin sampai pecahan sepuluh sen dan bahkan bisa ngasih kembalian! Canggih kan!

Tiket single trip yang berikutnya keluar dari ticketing machine untuk kita pakai itu sudah diprogram sedemikian rupa sehingga hanya bisa dipakai untuk membuka gate di stasiun keberangkatan, yaitu stasiun tempat kita membeli tiket, dan di stasiun tujuan yang sudah kita pilih. Kalau tiket single trip dipakai di stasiun lain, gate-nya gak mau ngebuka dan akan mengeluarkan bunyi "TET!" yang annoying dan malu-maluin.

Tiket single trip hanya bisa dipakai untuk satu perjalanan. Jadi setiap habis naik MRT sebaiknya kita ngembaliin tiket single trip itu ke ticketing machine lagi. Sebab, kita akan dapat refund satu dollar untuk setiap tiket yang dikembaliin--ini jelas caranya MRT untuk mengendalikan peredaran salah satu asetnya yaitu kartu single trip itu. Kalau kita pakai tiket single trip, setiap mau naik MRT kita harus melakukan ritual dari ngantri, mejet-mejet si layar sentuh di ticketing machine sampai balikin tiketnya lagi biar duit satu dollar kita balik. Ribet banget kan. Karena itulah MRT juga menciptakan tiket multiple trip yang lebih praktis, ekonomis, dan efisien.

Multiple Trip

EZ-Link yang dipakai buat tiket multiple trip MRT pada dasarnya adalah e-cash, kayak Flazz-nya BCA dan e-Toll nya Mandiri cuman lebih canggih. Pertama-tama tentu saja kita harus beli kartu EZ-Link nya di Passenger Service MRT--kali ini kita ketemu manusia, bukan mesin.

Fare gates. Click pic to enlarge.

Cara kerja-nya EZ-Link adalah, dia merecord setiap kali kita nge-tap kartu pas masuk di stasiun tertentu, dan memotong sejumlah dollar ongkos perjalanan kita pas nge-tap keluar di stasiun lain. Misalnya kita naik MRT dari stasiun Lavender mau ke Bugis. Pas kita nge-tap masuk di Lavender, kartu EZ-Link kita akan inget-inget tuh kita nge-tap di Lavender. Kalau ongkos MRT dari Lavender ke Bugis satu dollar, pas kita nge-tap di gate Bugis habis turun dari MRT, balance kita akan berkurang satu dollar. Canggih abis kakak *.*

Lalu berbagai pertanyaan iseng pun muncul.

- Bisa gak ya satu kartu EZ-Link di pake rame-rame? Misalnya habis saya masuk, kartu EZ-Link nya saya oper ke Clara buat dia nge-tap masuk, trus ke Debie, trus ke Citra, hahaha.

- Apa yang terjadi kalau kita nge-tap masuk dan keluar di stasiun yang sama? Misalnya kita batal naik MRT, atau abis menggalau keliling Singapur naik MRT, pindah-pindah rute, dan akhirnya balik ke stasiun tempat kita berangkat.

- Gimana kalau pas kita nge-tap keluar ternyata balance di kartu EZ-Link kita kurang?

Kalau dibandingin sama pakai tiket single trip, naik MRT pakai EZ-Link ini nyaman banget. Pertama, pas nyampe stasiun dan mau naik MRT, kita jadi bisa langsung nge-tap masuk, gak perlu ngantri-ngantri dan beli tiket single trip yang ribet itu. Kedua, pakai EZ-Link kita bisa turun di mana aja. Misalnya di tengah perjalanan tiba-tiba kita berubah pikiran, yang tadinya pengen turun di Raffles Place tapi labil dan jadi pengen turun di City Hall, kita bisa tinggal turun aja. Coba pakai tiket single trip, kalau kita udah mejet buat ke Raffles Place, tiket kita udah terprogram buat ngebuka gate di Raffles Place dan gak bisa buat turun di stasiun lain.

Tapi ya memang, kenyamanan itu gak murah. Beli kartu EZ-Link pertama kali harganya 12 dollar, yang 7 dollar bisa dipake sebagai e-cash termasuk buat bepergian pakai MRT, yang 5 dollar jadi deposit--yah semacam kita beli kartunya gitu deh. Terus, untuk bisa pake EZ-Link buat naik MRT, minimum balance-nya harus ada sebanyak ongkos naik MRT dengan rute terjauh alias yang paling mahal--ups, misteri pertanyaan iseng nomer tiga terbongkar deh. Sisa saldo 2 dollar gitu udah gak bisa lagi tuh dipake buat naik MRT, sementara kalau mau di-top up, nominal minimumnya 10 dollar. Jadi yang dideposit di kartu EZ-Link sebenarnya adalah 5 dollar yang emang di-declare, plus saldo yang masih ada tapi gak bisa dipake lagi.

Kalau kita memang tinggal di Singapur dan tiap hari naik MRT, punya EZ-Link dijamin menguntungkan. Tapi kalau kita cuma jalan-jalan di sana selama beberapa hari, apalagi kalo dollar-nya terbatas seperti saya, ada baiknya diitung-itung dulu. Buat gambaran, selama tiga hari jalan-jalan di Singapur kemarin, buat naik MRT doang saya cuma habis tujuh dollar-an--ternyata kemarin agak rugi juga secara finansial pake EZ-Link haha. Sekarang di dalam kartu EZ-Link saya membeku 2.51 dollar (dan 5 dollar deposit di awal)  dan gak bisa diapa-apain :'(

Di Singapur, penggunaan e-cash macam EZ-Link itu udah trending sejak dulu kala. Kartu EZ-Link mereka seperti udah jadi bagian tubuh. Ada yang naro itu di dompet dan gak dikeluar-keluarin--jadi kalo mau nge-tap dia nge-tap sedompet-dompetnya, ada yang diselipin di dalam sarung silikon hapenya, pokoknya jarang yang nge-tap berupa kartu doang.

Sistem Oh Sistem

Dari semua kelebihan-kelebihan MRT yang di Indonesia gak ada, yang paling bikin takjub adalah di setiap stasiun MRT segede gitu, manusia petugas MRT-nya dikit banget. Paling banter 3 orang yang jaga di Passenger Service. Penumpang-penumpangnya udah beli tiket single trip di mesin. Nge-top up kartu EZ-Link di mesin. Masuk ke stasiun ngelewatin fare gate yang mesin. Jangan-jangan MRT gak ada masinisnya dan udah pake autopilot juga lagi!

Di stasiun maupun di keretanya MRT gak ada satpam, gak ada kondektur, tapi roda per-MRT-an udah bisa jalan sendiri dengan lancar, baik, dan benar. Orang-orang udah mengantri keluar dan masuk dari kereta dengan tertib, yang mau masuk ke kereta nunggunya di samping, dan ngasih jalan dulu di tengah buat yang keluar--ngikutin panah kuning di lantai doang kayak gambar di atas ini. Rapi, gak rusuh kayak di halte Transjakarta....

Kegaulan sistem MRT tak hanya sampai disitu. Bahkan di eskalator-eskalator di stasiun MRT orang-orang pun tertib walau rame banget. Yang mau santai-santai semuanya merapat ke sisi kiri eskalator biar sisi kanannya kosong bisa buat lewat orang yang buru-buru. Kayak ada perjanjian tidak tertulis gitu. (Ini saya taunya dari Citra, katanya pas dia exchange di Korea kayak begitu juga.) Dan eskalator di stasiun MRT itu ngebut banget! Gak selow kayak di mol. Sibuk-sibuk banget kali ya orang Singapur *.*



Masih bersambung loh~
Nantikan cerita kami di Universal Studios Singapore di "Akhirnya Singapur Juga! - Bagian 3" :D

Photo credit:
Semua foto dicopy dari internet kecuali foto cover.
Mbak model di foto cover: Clara Ayu Nirmala Putri.