Thursday, December 15, 2011

Memories of Yogyakarta 2 ♥

Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad
Paling kiri: Acie. Lainnya: Mas-mas dan Mbak-mbak gudeg dan tukang parkir.
Menu paling ekonomis di Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad--yang juga menu favorit saya--adalah Paket 4: nasi gudeg ayam suwir gak pake telor. Walau judulnya ayam suwir, porsi ayamnya gak menyedihkan seperti yang teman-teman bayangkan kok. Malahan, kayaknya jumlah dagingnya lebih banyak dari kalau beli ayam bukan suwir yang paha bawah. Jatohnya malah lebih oke karena udah lebih murah, lebih banyak, dan gak perlu nyuwir-nyuwir sendiri. Selama saya tinggal di Jogja, Paket 4 harganya Rp10.000,- sadja. Pas saya udah gak di Jogja lagi, semua menu harganya sudah naik seribu rupiah karena dia tempatnya habis diekspan dan direnovasi jadi gaul.

Buat saya, Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad adalah gudeg paling enak sedunia. Seriously. Kalau teman-teman punya pendapat lain juga boleh, soalnya setiap gudeg punya citarasa tersendiri dan setiap orang seleranya juga beda-beda. Selain karena lezat banget gudeg dan kreceknya, saya seneng banget makan di sini karena dia jam 6 pagi sudah buka, jadi bisa buat sarapan. Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad-lah sarapan saya sebelum sidang skripsi dan ujian kompre!!! #teruskenapa


Mix 'n Match
Ki-ka: Faiz, Tiwi, Citra, dan dua abang Mix 'n Match.
Mix 'n Match adalah tempat makan paling cozy di kala Jogja terlalu panas--which is everyday. Bisa jadi Mix 'n Match adalah satu-satunya tempat makan ber-AC dengan harga terjangkau dan makanannya mengenyangkan di seluruh penjuru kota Yogyakarta. Soalnya, kalau dipikir-pikir kebanyakan tempat makan di Jogja cuma punya 2 competitive advantages:
a/ harga terjangkau dan makanannya mengenyangkan tapi gak ber-AC (e.g. burjo, Jogcik, Gudeg Bu Amad, L'Cost, Muara Kapuas, dan tempat-tempat makan di Jogja kebanyakan)
b/ ber-AC dengan harga terjangkau tapi makanannya gak mengenyangkan (e.g. McD, KFC, D'Crepes, dan fast food-fast food lainnya)
c/ ber-AC dan makanannya mengenyangkan tapi harga gak terjangkau (e.g. Solaria, Quali, dan restoran-restoran di mol lainnya)

Mix 'n Match menyajikan 27 varians nasi goreng dan terus bertambah. Selama 4 tahun di Jogja, saya selalu pesan es teh dan nasgor-tuna-gak-pedes-sama-sekali sampai mbak dan mas yang jaga apal dan saya gak perlu nulis lagi. Mix 'n Match tidak hanya jadi favorit saya tetapi juga mahasiswa-mahasiswa asing terutama yang berasal dari Jepang, Korea, dan India karena memang nasgornya beda, enak banget, gak seperti nasgor-nasgor yang dijual di Jogja pada umumnya.

Cafe Gerobakku
Mbak-mbak Italian Rice yang sampai sekarang saya gak tahu namanya.
Didypi Cafe Gerobakku yang lebih dikenal sebagai "tempat poffertjes" menjual (tentu saja) poffertjes dan berbagai macam smoothies dan fresh juice dengan harga yang sangat terjangkau. Dia juga menjual makanan berat seperti nasi goreng hijau, nasi merah, spaghetti, dan makanan paling aneh tingkat nasional: Italian Rice, yang saya deskripsikan seperti nasi tim tapi topping-nya topping spaghetti yaitu daging cincang dan keju. Italian Rice, walau agak gak jelas karena di Italia-nya sendiri gak ada makanan namanya Italian Rice, adalah menu favorit saya di Cafe Gerobakku.

Bulan Ramadhan 1432H, Ramadhan terakhir saya di Jogja, hampir saya habiskan berbuka puasa di sini, makan Italian Rice. Kadang-kadang sama Acie atau Tiwi, kadang-kadang juga sendirian karena belum mandi dari kemarin. Udah kayak di rumah sendiri, enak sepi karena makanannya gak umum buat buka puasa hahaha.

Saya tahu saya akan merindukan makanan-makanan itu beserta mbak-mbak dan mas-mas yang jual yang kenal-muka-tapi-gatau-namanya itu. Jadi setiap saya makan gudeg bu amad, nasgor tuna mix n match, dan italian rice dulu, saya benar-benar mengingat rasa makanannya, suasana di tempat makanannya, dan menyimpan memori itu baik-baik. Biarlah mereka tetap hanya ada di Jogja, biar selalu punya alasan buat ke Jogja dan ada yang disamperin. Sedih deh :((

No comments:

Post a Comment