Monday, July 20, 2009

Semalam Menjadi Anak Alim (Bagian 1)

Kemarin malam saya dan teman2 menjadi anak alim. Kami datang ke acara ceramahnya Ustad Yusuf Mansur di UIN Sunan Kalijaga. Judul acaranya “Inspiring Seminar 2: Menyambut Berkah Ramadhan”.

Walau konten ceramah secara keseluruhan belum memuaskan hati saya, ada satu pertanyaan yang sangat berkesan untuk saya. Pertanyaan ini dilontarkan oleh seorang ibu, saya lupa namanya, kira2 intinya begini, "Saya minta ketegasan dari Pak Ustad, (ini perlu nyebut 'ketegasan' karena dari tadi Pak Ustadnya becanda melulu) jadi ketika kita bersedekah, apakah kita niatnya hanya karena Allah atau boleh menyebut keinginan kita? Tapi kalau kita menyebut keinginan kita, apakah itu artinya kita pamrih dan tidak ikhlas?"

Selama ini saya diajarkan oleh bapak saya, kalau berdoa itu minta yang terbaik saja dari Allah swt. Gak perlu kita nyebut detail karena Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Apa yang terbaik menurut kita belum tentu adalah yang terbaik menurut Allah. Allah lebih tahu, jadi kita nggak usah nyebut. Minta yang terbaik aja.

Tapi jawaban dari Ustad Yusuf Mansur kemaren malam sangat memberi saya pandangan baru. Menjawab pertanyaan ibu tadi, Ustad Yusuf menceritakan tiga tipe cara bersedekah.

Cara bersedekah tipe 1: malam2, lewat rumah anak yatim dan ibunya, diam2 menyelipkan uang seratus ribu di bawah pintunya, lalu pergi begitu saja tanpa meninggalkan jejak.

Ustad Yusuf pun bertanya kepada audiens.
Ustad Yusuf (UY): "Itu bagus gak?"
Para jamaah (PJ): (serentak) "Baguuus..."
UY: "Ikhlas gak?"
PJ: "Ikhlaaaaas..."

Lalu cara bersedekah tipe 2: seorang Pak Haji dan istrinya, ingin bersedekah seratus ribu juga, dateng ke rumah anak yatim dan ibunya juga, tapi gak diem2.

Pak Haji dan istri (PH): "Ibu Ani apa kabar?" *bersalaman*
Ibu Ani (IA): "Baik Pak Haji."
PH: "Fatah ada, Bu?"
IA: "Ada, Pak, sebentar saya panggilkan--Fataaaah!" *memanggil Fatah, lalu Fatah pun datang*
Fatah (F): "Ada apa, Bu?"
IA: "Ini ada Pak Haji, ayo saliman dulu." *Fatah pun saliman sama Pak Haji*
PH: "Fatah apa kabar?"
F: "Baik Pak Haji, tapi lagi sakit."
PH: "Sakit apa?"
F: "Demam."
PH: "Udah berapa lama?"
F: "Udah tiga hari, Pak Haji."
PH: "Aduh kasihan... Ibu Ani, ini saya ada uang seratus ribu, ibu pakai buat bawa Fatah ke dokter ya. Semoga Fatah cepat sembuh, tambah soleh dan berbakti sama ibu." *sambil mengelus-elus kepala Fatah*
IA: "Amiiin... Alhamdulillah... terimakasih Pak Haji. Saya pasti akan bawa Fatah ke dokter."
PH: "Tolong doakan anak saya juga, anak saya juga lagi sakit..."
IA: "Amiiin... Semoga anak Pak Haji juga tambah soleh dan berbakti sama Pak Haji dan Bu Hajjah."
PH: "Amiin ya robbal alamiin... Yasudah kalau begitu bu, saya pamit dulu."
IA: "Sebentar Pak Haji dan Bu Hajjah, ayo diminum dulu tehnya, sudah dibuatkan."
PH: "Oh boleh, Bu. Terima kasih."

Ustad Yusuf bertanya lagi kepada audiens.
Ustad Yusuf (UY): "Itu bagus gak?"
Para jamaah (PJ): (serentak) "Baguuus..."
UY: "Ikhlas gak?"
PJ: "Ikhlaaaaas..."
UY: "Bisakah kita bilang itu gak ikhlas? Enggak kan?"

Ustad Yusuf pun meneruskan, itu bahkan lebih baik daripada cara tipe 1. Dengan cara yang barusan, kita bahkan insyaAllah dapet pahala silaturahmi, kita bisa mendoakan si Fatah, kita pun membuka ladang pahala untuk Ibu Ani untuk mendoakan anak kita dan memberi makan tamu.

Berikutnya, cara bersedekah tipe 3 even better: ketika kita ingin bersedekah, kita menelepon kerabat kita, "Eh Bambang, ada anak yatim deket rumahku sakit tuh. Aku mau nyumbang seratus ribu, kamu mau nambahin gak?"

Sampai akhirnya terkumpul dua puluh orang, hingga akhirnya yang disedekahkan pada Fatah dan Ibu Ani pun bukan seratus ribu lagi tapi dua juta seratus ribu karena setiap orang mau menambahkan seratus ribu.

Sedikit pemikiran dari teman saya, cara bersedekah tipe 3 ini sebenarnya berisiko tinggi. Tapi seperti prinsip di finance *halah* high risk high return. Risiko yang tinggi dari cara bersedekah ini adalah adanya potensi kita jadi riya (pamer). Kalaupun kita sama sekali tidak berniat riya, orang mungkin saja menganggap kita riya. Tapi cara ini bisa menghasilkan return yang tinggi juga, yaitu jadi makin banyak orang yang bersedekah.

Lalu soal apakah ketika kita bersedekah apakah sebaiknya kita menyebut keinginan kita atau tidak, Ustad Yusuf memberi perumpamaan lagi.

Misalnya dari dulu sampai kemarin kita belum bersedekah, kita berdoa setiap hari.

"Ya Allah, berilah aku kemudahan dalam menghadapi ujian."
"Ya Allah, mudahkanlah aku dalam mendapatkan pekerjaan."
"Ya Allah, berilah aku kemudahan aku dalam melunasi hutang2ku."
"Ya Allah, berikanlah aku jodoh yang soleh / solehah."

Lalu hari ini, kita bersedekah.

Apakah kita jadi tidak boleh berdoa itu lagi? Apakah kita jadi tidak boleh memohon kepada Allah untuk dimudahkan dalam menghadapi ujian dan mendapatkan pekerjaan? Apakah kita jadi tidak boleh meminta lagi kepada Allah untuk diberi kemudahan untuk melunasi hutang dan mendapatkan jodoh? Enggak kan?

Ustad Yusuf juga bilang, ketika kita bersedekahpun yang disebut kan bismillah--dengan nama Allah, bukan yang lain. Niatnya juga nawaitu ...... lillahi ta'ala, bukan nawaitu ...... lil ujian, lil hutang, ataupun lil jodoh. Kalau bersedekah membuat orang jadi gak boleh minta, berarti mendingan gak usah bersedekah aja dong? Tapi kenyataannya gak gitu kan?

Premis satu dan premis duanya itu seharusnya: "Kalau sebelum bersedekah aja kita boleh minta, berdoa macem2 kepada Allah, apalagi kalau kita bersedekah?"

Setelah mendengarkan ceramah Ustad Yusuf Mansur, seorang teman saya nyeletuk, "Iya ya Sa, mungkin jawaban atas segala kegundahan hati gue selama ini adalah sedekah. Gue merasa duit gue kurang terus, duit jualan gue kepake terus, setelah gue pikir2 kayaknya emang bener, ibadah yang belom gue jalanin selama ini adalah bersedekah..."

Jadi marilah teman-teman mulai hari ini kita rajin bersedekah. Bersedekah TIDAK SAMADENGAN ngasih ke pengemis lho. Ayo kita bersedekah melalui lembaga yang benar, misalnya ke panti asuhan, ke amil zakat di masjid, dompet dhuafa, dll. InsyaAllah mereka akan benar2 menyalurkannya ke orang2 yang benar2 membutuhkan.

14 comments:

  1. mari kita bersedekah..ke orang yang tepat tentunya...

    ReplyDelete
  2. sa..
    kalo sebenernya pengemis itu benar2 pengemis..

    it's all about niat, kan..?
    seandainya ada orang yang minta2 *pengemis dateng ke kita..

    karena our mind judge him/her or even a child sebagai seseorang yang pembohong..
    *karena saking banyaknya org yg kyk gini dah terbukti bohong..

    kita ga mo kasih..
    hmm..
    kayaknya ga harus diatur deh..

    pernah ga baca cerita tentang orang yang sedekah.. tapi dia selalu sedekah sama orang yang salah (penilaian orang2 di dunia)..

    dia bersedekah sama :
    1. pelacur
    2. orang kaya
    3. duh.. lupa satu lagi..

    kata orang2 di dunia.. dia sedekah sama orang yang salah.. sampe akhirnya dia sedih dengan hal itu..

    tapi tiba2 ALLAH answer keragu2annya..

    pertama saat dia sedekah ke pelacur (otomatis org blg salah kan.. in their mind said seharusnya kita sedekah sama orang2 yang baik kok malah ngasih sedekahnya ke pelacur sih??).. tapi ALLAH berkata lain.. karena sedekahnya dia akhirnya pelacur itu insaf.. karena dia merasa diperingati sama sedekah yang dia berikan..

    kedua pas dia ngasih sedekah ke orang kaya (ini pasti dah di nilai salah BESAR.. sedekah kok ke orang kaya!!) tapi kedua kalinya ALLAH berkata lain.. akhirnya si orang kaya itu jadi lebih dermawan karena teguran sedekahnya si orang itu..

    jadi dimanapun, kapanpun, dan sama siapapun orangnya mo baik mo jahat, mo tepat dan tidak tepat (penilaian orang di dunia loh)..

    asal kita niat murni tulus karena ALLAH..
    ALLAH akan menunjukkan cara terbaiknya menegur orang..

    kalo menurut kakak sih..
    ke pengemis yang di jalanan juga ga papa.. asalkan kita memang bersedekah untuk ibadah.. ALLAH akan menegur dia dengan caraNYA..

    karena itulah ibadah karena ALLAH..

    coba deh seandainya kita udah megang uang seribu, dah ada niat untuk bersedekah dan kita sebenernya dah ketemu ma 'pengemis'.. tapi kita urung ngasihnya karena dia pengemis.
    dan berpikir kita mo ngasih ke lembaga yang benar.. tau2nya di jalan kita meninggal karena kecelakaan.. hilangkan PAHALA SEDEKAH kita..

    sa..
    yang tahu baik dan buruknya akibat dan hasil dari perbuatan kita adalah ALLAH..

    ReplyDelete
  3. @mas saiqa: mas nek arep sedekah ning maskam mas saiqa ngerti tempate ra?

    @kak intan: hmm hmm hmm mmm yaa yaa itu bener juga sih kaaak heheheee aku ga ngatur kok, sumpah. aku hanya =mengajak= bersedekah melalui lembaga2 yang benar itu *hahaha defensif* yah kak intan jangan marah doong T.T

    masalahnya jaman sekarang statistik menunjukkan (hasil pengamatanku sendiri) ngemis itu sudah dijadikan sebuah profesi. buktinya adalah, di suatu tempat, tiap hari orang yang ngemis tuh itu ituuu aja.

    mungkin dulunya mereka itu pengemis beneran, tapi karena ternyata dengan ngemis aja mereka udah bisa mencukupi kehidupannya, mereka jadi merasa nyaman dengan ngemis, dan akhirnya mikir "gue ngemis aja udah cukup, why bother nyari kerjaan? pekerjaanku: ngemis."

    terus sebenernya kalo kita pikir2, so what kalo pengemis itu menjadikan ngemis sebagai profesi? toh itu juga gak ganggu kita kan? ada sesuatu kak. kemaren pas kuliah agama Islam 2, pak dosenku bilang, yang boleh meminta-minta itu cuma ada 3: yang sedang berjihad, trus dua lagi aku lupa hehehe, dan itu harus disaksikan oleh 3 ulama.

    kita sebagai sesama umat Islam kan harus saling mengingatkan dalam kebaikan, salah satunya untuk ngingetin "eh lo jangan ngemis tiap hari. cari job yang proper sana." dengan cara gak ngasih pas mereka ngemis. takutnya mereka jadi dosa juga kalo tiap hari ngemis, karena gak seharusnya mereka ngemis. (takutnya lho, aku ga tau itu dosa beneran atau enggak, yang tau cuma Allah)

    menurutku, kalo emang mereka terpaksa ngemis=ngemis beneran=miskin beneran, mereka sebenernya kan bisa dateng ke lembaga yang benar untuk disantuni. mungkin selama ini mereka nggak tau kalau seharusnya mereka datang kesitu.

    atau pas datang ke lembaga yang benar mereka gak dikasih uang dengan jumlah yang cukup, dan akhirnya mereka memutuskan untuk ngemis aja karena ngemis menghasilkan lebih banyak.

    atau bisa juga lembaga itu ga ngasih jumlah yang cukup karena gak bisa ngasih jumlah yang cukup karena cuma sedikit orang yang bersedekah lembaga yang benar itu.

    atau mungkin juga jumlahnya udah cukup buat mulai usaha sesuatu, tapi karena mereka males, jadi gak jalan juga usahanya, modal sendiri digerogoti.

    emang capek sih kak mikirin kenapa orang mengemis. bener banget kata kak intan itu semua tergantung niat kita. mau pengemis itu ngemis beneran atau disuruh orang atau emang pekerjaannya dia ngemis, yang penting niat kita ibadah kepada Allah insyaAllah diterima kan ya ibadah kita, hehehe.

    tapi apakah ga lebih baik lagi kalo niat ibadah kita itu dilakukan melalui lembaga yang benar? hehehe :D sama2 insyaAllah tersalurkan nih kak sedekahnya, sama2 niatnya ibadah kepada Allah, tapi kalo kita nggak kasih ke pengemis kan secara gak langsung kita mendidik mereka juga biar lebih rajin dan cari pekerjaan yang layak.

    yang jelas aku gak mau bikin pengemis itu merasa "nyaman" dan menjadikan mengemis itu sebagai profesi, hahaha.

    oh iya, aku setuju sama kak intan soal orang yang bersedekah sama 3 orang yang disangka salah itu. tapi kakak lihat sendiri kan gak ada satu dari 3 itu adalah pengemis, hehehe. yang ketiga pasti bukan pengemis kan? *maksa :D*

    kalo misalnya pun yang ketiga itu adalah pengemis, kira2 pengemis itu bakal insaf jadi gimana ya? hihihiii :))

    kak intan kita damai kan? no hard feeling lho T.T

    ReplyDelete
  4. btw klo aq siy terganggu sa klo ada pengemis,, pusing,,, :(

    ReplyDelete
  5. hehe..
    sapa yang marah atuh,,
    ga, masalahnya dengan penelitian itu pula bisa jadi suatu hal yang menurut kita bener jadi salah..

    hahah..
    lagian cerita itu adalah analog dari sebuah tindakan, sa..

    kalo seandainya kita ga ngasih pengemis aja tapi menyalurkan ke lembaga2 yang baik tanpa follow up ke pengemis bukannya sama aja..

    nah.. disini pentingnya ACTION dari multidisipliner untuk menyelesaikan masalah pengemis..

    karena bisa aja kita memandang reennndddaaahh banget pengemis itu dengan tindakan seperti itu, sa..
    dan itu juga salah..
    coba deh..
    kita lihat..

    contoh cerita nih..
    pengemis dateng ke kita.. and pikiran pasti langsung mroses.. jangan dikasih org ini pembohong..
    hmm.. ga baik lah seperti itu..

    kayak kata peribahasa aja..
    DON'T JODGE THE BOOK BUT ITS COVER..
    cover bisa juga dianalogkan dengan profesi dia sebagai pengemis..

    kita juga harus melihat hubungan SEBAB dan AKIBAT dari satu masalah ini..

    daaaannnn...
    kalo sebagai seorang masyarakat indonesia yang baik dan benar.. kita seharusnya mengarahkan bukan menjudge dengan statistik..

    hmm...
    gimana yah jelasinnya..

    oh.. iya ada hadits yang bahas ini.
    tanda2 hari kiamat.. orang jadi ga mo bersedekah.. duh lupa.. apa gitu..? harus ta' catet sebenernya..

    pokoknya intinya orang jadi ga mo bersedekah sama pengemis aja..

    yah.. aku cuma pengen ngasih satu kalimat dari sebuah buku yang menceritakan seorang pengemis dan pensedekahnya yang mo ngasih tapi dilarang sama temennya karena angka statistik itu..

    "masih lebih mudah untuk kita untuk mencari uang 1000 rupiah dibandingkan dia.."

    kata2 ini yang selalu terngiang di telinga kakak ketika hati yang sebelah kiri bilang jangan ngasih ke pengemis itu..

    masalah pengemis itu masalah dari multidisipliner..

    kalo menurut saya..
    bkn dengan cara ga ngasih ke pengemis adalah cara yang mendidik (cara dosennya sasa loh), tapi bagaimana cara kita merubah their mind yang menganggap pengemis adalah profesi ketimbang membuat tembok besar untuk ga ngasih pengemis sedekah..

    karena memnurut kakak ini bisa merubah esensi dari sedekah itu sendiri..

    dan bukan cara yang efektif buat menurunkan angka lahirnya pengemis..

    toh dengan cara ga ngasih angka pengemis masih tetap tinggi kan..

    harusnya sih..
    kita merubah cara berpikir mereka.. dengan cara yang lain dan cara itu adalah PERBAIKAN PENDIDIKAN..
    maksudnya dengan peningkatan mutu dari seorang pendidik itu sendiri..
    heheh..

    *jiah harusnya saya berdebat dengan dosennya nih..
    ga sependapat saya.. :D..

    ReplyDelete
  6. hmm hmm hmm aku jadi pusing nih kalo mau bersedekah ke pengemis @_@ kalo ngasih langsung ke pengemis kan gak mendidik, kalo ngasih ke badan amil belom tentu nyampe orang yang membutuhkan juga.

    aku punya solusinya kak! *yeah* ga usah sedekah kepengemis deh *bener2 kepusingan* kita dateng ke panti asuhan aja kak, dan donatur tetap. langsung ke panti asuhannya lho, biar setidaknya tangan2 yang dilewati jadi tinggal satu sampe sebelum nyampe ke anak yatimnya yaitu tangan pengelola panti asuhannya hihihiii. dan itu bisa kita kontrol.

    emang bener2 ribet nih buat memberantas pengemis. apa pengemis dibunuh massal aja kak? *ASTAGFIRULLOH* soalnya kayak lingkaran setan gitu, susah mutus siklusnya.

    hmm kalo kita bersedekah ke panti asuhan mudah2an gedenya anak2 panti itu bisa kerja layak ya kak, soalnya mereka kan bisa sekolah dengan proper, jadi perbaikan pendidikan tuh kak. mudah2an dengan begitu mereka gak ngemis lagi.

    nanti aku mau tanya dosenku ah, kalo sedekah ke panti asuhan boleh minta laporan keuangannya apa enggak *DASAR ANAK EKONOMI* bukannya ikhlas ga ikhlas ini... tapi untuk memastikan bahwa dana yang kita kasih digunakan dengan baik.

    ReplyDelete
  7. itulah yang namanya manusia..
    selalu menghitung2..

    bukannya mo ngejudge..
    tapi karena saking dikasih akalnya sama ALLAH si manusia selalu curiga..

    that's why..! kenapa ALLAH selalu menginginkan ummatNya melakukan apapun karena DIA.. biarkan dia yang menilai karena hanya Dia yang paling adil..

    ALLAH knows the BEST for his UMMAT..

    dan..
    begitulah ikhlas..
    susah untuk diukur..
    hahhahaha...

    kalo saya mah..
    akan sedekah dimanapun, kapanpun, dan ke siapapun..

    hehe..
    ga perlu menghitung itu akan sampai dengan baik dan terima dengan baik..

    selama kita berniat untuk melakukan yang baik.. ALLAH akan menilai semua itu dengan baik..

    karena penilaiannya ga sama dengan penilaian manusia..

    Islam tuh simpel lagi..
    ga pusing.. hahha..

    ALLAH bilang dalam satu ayatnya..
    "aku memeberikan manusia sesuatu untuk memudahkan ummatku.."

    tapi sayangnya dengan akal manusia, dia jatuh ke susahannya sendiri.. heheh..

    peace mode ON..
    solusinya selama kita ingin berniat baik. laksanakan. ga usah menilai itu akan jadi baik atau ga'.. karena sayang kalo dihitung2 dan dinilai2..
    akhirnya ga jadi..
    akhirnya hilang PAHALAnya..

    ALLAH selalu memudahkan ummatNya, kok...

    ReplyDelete
  8. dan kita ga maukan nantinya pahala kita dihitung2 ma ALLAH.. gara2 untuk mengerjakan hal yang baik aja.. kita harus pake itung2an dan penilai2an yang bikin kita urung untuk ngasih..

    hehe..
    so..
    bersedekahlah pada siapa saja saat ada niat untuk bersedekah..
    kita kan ga boleh mengurungkan niat baik..

    :D..

    ReplyDelete
  9. wah anak jd pada alim gitu..

    nih acara msh satu rangkaian sm jalan2 kmaren...?

    ReplyDelete
  10. saya suka konten ceramahnya, dan cara mu menceritakan, heheheheee

    ReplyDelete
  11. @mba dini: caraku menceritakan ngawur ya mba? huhuhuhuhu

    ReplyDelete
  12. iya sa..gw jg kurang setuju sm statement lo yg bilang jangan bersedekah ke pengemis. skrg aja kita bisa bilang klo para pengemis ini dan itu. kan kita ga tau keadaan sebenarnya sa..dan klo keadaan dibalik kita yg jadi pengemis (na'udzubila min dzaliq) apakah kita akan melakukan hal yg sama ky mereka atau kah kita bs mjd lbh baik?? who know??

    ReplyDelete