Friday, December 24, 2010

Wisata Alam(?) Erupsi Merapi 2010



"Merapi bukan tontonan..."

Dalam perjalanan berangkat, kami membaca sepintas tulisan tersebut di salah satu plang di pinggir jalan. Sebenarnya ada lanjutannya tapi saya lupa apa, gak sempet moto soalnya sambil jalan agak ngebut. Kami sedikit memperbincangkan tulisan tersebut.

Bukannya justru bagus ya kalo orang tetep pada dateng kesana buat berwisata? Kan bisa jadi sumber pendapatan desa. Itung-itung bisa buat menutup sebagian kerugian yang diderita.

Under the Tent

Refreshments

Sesampainya di gunung, tepatnya di Dusun Ngrangkah, kendaraan bisa diparkir dan para wisatawan bisa berjalan-jalan dan menikmati pemandangan sebagai berikut:

Kabut. Itu kabut beneran bukan jamur di lensa. Lensa saya udah dibenerin anyway.

Tanah lapang yang tandus. Well, sebenarnya tanah itu adalah tanah vulkanik yang sangat subur, tapi karena baru terhempas awan panas, rumput-rumput pada mati, pohon-pohon tumbang, atau kalau masih berdiri yang tersisa tinggal batangnya.

Beberapa dinding dan pondasi rumah yang masih tersisa. Dan kalau dilihat dengan cermat, sebenarnya para wisatawan sedang berdiri di atas lantai rumah yang sudah kehilangan semua dinding dan atapnya dan sudah rata dengan tanah. Bahkan mungkin, para wisatawan sedang berdiri di atas jenazah korban merapi yang sudah terkubur dan tidak bisa dievakuasi! T.T

Lalu kami menyadari kenapa ada tulisan "Merapi bukan tontonan..." itu.

But still, walaupun agak ironis, kami merasa desa yang luluh lantah pasca erupsi ini dijadikan objek wisata adalah keputusan yang tepat. Warga bisa jadi tour guide untuk menceritakan tanah yang rata itu ini dulunya apa, bentuknya gimana. Kadang-kadang, walau agak jahat dikit, kendaraan gak boleh naik dan disuruh parkir di Lapangan Plunyon yang berada sebelum portal retribusi. Dari lapangan itu ke situs wisata jaraknya sekitar lima ratus meter, lumayan capek kalo jalan kaki karena jalannya menanjak. Akibatnya, warga yang punya motor seperti Mas Rinto bisa menjajakan jasa angkutan.

Haunted Joglo?

Go Green

Pemandangan yang sangat menarik justru kami temui sepanjang jalan dari portal retribusi ke atas dan sepanjang perjalanan turun. (Jalan naik dan turun dibuat berbeda oleh pengelola, karena terlalu sempit untuk dilewati mobil dua arah.) Kami benar-benar melewati desa mati, seperti di film Silent Hill. Rumah-rumah runtuh tinggal dindingnya, ada mushola yang atapnya sudah hilang tapi karpetnya masih ada, pakaian-pakaian berserakan....

Rasanya seperti naik wahana Istana Boneka di Dufan, jalan pelan-pelan sambil melihat kiri-kanan sekaligus wahana Arung Jeram karena jalannya bergelombang. Tapi ini yang dilihat bukan boneka dan kendaraannya mobil atau motor, bukan perahu. Foto-foto di atas adalah kondisi yang paling tidak menyedihkan. Saya gak tega ngasih liat foto yang serem :(

Kalikuning: Sebelum dan Sesudah Erupsi Merapi


Sebelum - Sesudah
Ini adalah Jembatan Plunyon. Saya gak punya foto "Sebelum" jadi saya minta fotonya teman KKN saya Adi Purwantoro. Itu yang jadi modelnya temen KKN saya juga namanya Rury. Oh iya, itu di foto "Sesudah" warna jembatan dan bukit-bukitnya emang gitu, gak dikasih efek apa-apa. Sedih betul T.T


Sebelum
Ini adalah foto di kali-nya. Biasanya orang pada lepas sendal dan main air di sini, termasuk saya dan teman-teman akuntansi waktu jadi maba makrab dulu tahun 2007. Kalo foto di atas adalah foto sama teman-teman KKN saya Agustus 2010 lalu.


Sesudah
Sekarang tebing di kiri-kanan kalinya gundul karena tanaman yang dulu tumbuh disana mati semua kena awan panas. Air di kalinya juga jadi lebih tinggi dan kotor, gak bisa lagi buat lepas sendal dan dimainin :(

Semacam passage yang dilewati Sam dan Mr. Frodo
Ki-ka: Clara, Tiwi, Intan. Maafkan aku teman-teman ini fotonya salah fokus. Foto yang fokusnya bener lebih gak lulus sensor hiks.

Tiket

Beruntung kami pernah KKN di sana, kami jadi kenal hampir semua warga desa yang menjadi pengelolanya. Setidaknya kenal muka. Kami jadi boleh hanya membayar karcis parkir saja dan tidak membayar karcis masuk per orang seharga lima ribu rupiah. Tapi habis kami senang karena dapet diskon, kami langsung menyesal, "Yah, harusnya kita bayar aja, kan kasihan mereka korban Merapi, hiks".


Pungli?

Yang agak menyebalkan sekaligus menyedihkan, hampir di setiap persimpangan jalan ada warga yang memblokir jalan sambil bawa kardus maksudnya untuk dimasukin uang sama yang lewat. Waktu berangkat, karena jalan utama macet dan ditutup dimana-mana, kami terpaksa lewat jalan rahasia yang gak banyak orang tahu.

Di jalan rahasia itu, setiap persimpangan benar-benar diblokir dan kami harus masukin uang ke kardus itu untuk bisa lewat. Dan yang paling tragis, warga yang memblokir jalan itu adalah anak-anak SD murid kami pas KKN dulu T.T--jadi gak ada fotonya, soalnya gak enak motonya.

Foto di atas masih mending karena warganya berdiri di pinggir jalan dan kami masih bisa lewat tanpa harus masukin uang ke kardus. Tapi akhirnya kami tetep masukin uang ke kardus mengingat mereka adalah korban Merapi.

8 comments:

  1. tahun depan gw mau kesana lagi ah...

    ReplyDelete
  2. ayo target selanjutnya catch the sunrise in Kinahredjo, meskipun masih abstrak gimana ntar ke sana nya.. hahaha

    ReplyDelete
  3. @clara: Hahaa oke clar ☺ tahun depan tinggal seminggu lagi

    @intan: Ayok taaan, kesananya ya naik kendaraan. Tapi agak ngeri tan, bukan pas di kinahrejo nya tapi di jalannya tan. Agak rawan kalo malem.

    Trus bakal dingin banget... Eh tapi di sananya juga ngeri sih tan pasti masih kosong banget dan takut ada hantu ~,~

    Kita harus rame2 kesananya tan dan ngajak kaum adam. Minimal menuhin mobil. Hiii

    ReplyDelete
  4. kali kuning T_T
    tempat penuh perjuangan dalam penyelenggaraan Makrab MABA Akuntansi

    ReplyDelete
  5. @vani: sabar ya ibu seksi acara :) mudah2an pas ada maba tahun depan kali kuning uudah bisa dipake makrab lagi dan kita udah lulus :D amiiin yra

    ReplyDelete
  6. Mbak Mo minta izin..., boleh ndak gambar covernya aku pake buat buku laporan?

    ReplyDelete
  7. @DPRa-PasarMinggu: boleh, yang penting ditulis sumbernya :)

    ReplyDelete
  8. " Merapi bukan tontonan, mari bantu hijaukan merapi " kalo ga salah tulisannya gitu hehe

    ReplyDelete